A Man’s Advice to His 20-Year Old Self

[Disclaimer: Tulisan ini agak berbeda daripada tulisan biasanya berdasar request dari salah satu pembaca.]

Usia 20an memang periode yang cukup krusial dalam hidup. Kamu akan mengalami transisi yang begitu beragam, mulai dari kuliah, lulus kuliah, terjun ke dunia nyata, menghadapi banyak masalah—where your life is a brand new place.

I’m writing this because I found it to be much harder than I expected. Everyone I’ve talked to about the transition agrees. Yet, nobody talks about this transition much, so I thought I’d write a little something about it. This is the advice that I wish someone had given me when I was 20.

#1 Always invest in yourself

Cuma ada dua jenis investasi yang pasti menguntungkan di dunia ini. Pertama, investasi akhirat, dengan membelanjakan harta kita di jalan Tuhan (Tuhan tidak pernah ingkar janji, bukan?). Kedua, investasi di dirimu sendiri, misalnya dengan menabung dan berinvestasi untuk masa depan kamu kelak. Makin cepat makin baik, karena efek compounding interest-nya makin besar.

Tapi “invest in yourself” tak melulu sebatas investasi secara uang/materi. Bisa juga dengan investasi dalam bentuk pendidikan—you can never argue with education, it truly doesn’t go away. Bisa juga dengan berinvestasi pada relationship lewat menjalin hubungan orang-orang yang potensial dan give positive influence. Atau, bisa juga investasi di badan kamu dengan cara tidak merokok/minum, mengkonsumsi makanan yang sehat, dan rajin berolahraga.

#2 Time is the most valuable commodity

Komoditas paling mahal di dunia ini adalah waktu. Tak peduli kamu orang kaya, anak presiden, artis beken, kamu cuma punya jatah 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 365 hari setahun. So, berhentilah menunda-nunda. Stop procrastinating. This is the most difficult thing to develop in your 20s. Tapi di sisi lain, usia 20an adalah usia emas untuk mencoba dan mengeksplorasi hal-hal baru dalam hidup.

Want to run for a marathon? Fancy learning a foreign language? Traveling around the world? How to play music? Do it now. Don’t wait until your 30s or later to start doing awesome stuff like I did. Its really hard to get into a routine if you’ve never done it. Laziness begets laziness begets laziness. The time is now to stop wandering around. You can’t turn back time. Don’t end up like me. :)

#3 Don’t follow your passion

Steve Jobs pernah memberi pidato di Stanford tentang “follow your passion.” Ini menarik, tapi bisa misleading. Yang jauh lebih penting dari “follow your passion” adalah: identify your distinctive competence and match it with a market opportunity. The key to occupational happiness is to first figure out what you’re passionate about and then find a job (or business) that matches this passion.

Kalau Steve Jobs hanya mengejar passion saja, mungkin ia akan menjadi biksu vegetarian yang tinggal di kuil antah berantah. Steve Jobs didn’t start Apple because he loved technology. He cared about making something that other people could benefit from. The important point is to not just follow your passion but something larger than yourself.

#4 Focus on high-leveraged action

Menyambung poin sebelumnya, karena waktu yang kamu miliki terbatas, maka fokuslah untuk mengerjakan hal-hal yang sekiranya memberi impact lebih besar. Baik itu untuk urusan sekolah/kuliah, relationship, bisnis/profesional, olahraga, hobi, apapun itu. Tinggalkan hal-hal remeh temeh. Don’t sweat small stuff. You’ll probably end up doing much less things, but you’ll be doing it very well.

Jangan terlalu banyak membuat komitmen, terlihat seolah-olah “sibuk”, waktunya habis, tetapi tidak ada hasil yang remarkable. Punya satu sabuk hitam di karate jauh lebih baik daripada punya sabuk merah di Judo, plus sabuk coklat di Taekwondo, plus sabuk hijau di Jujitsu, dll. I was didn’t know how to run a successful business, so instead of learning how to run 1 successful business, I started 5 unsuccessful businesses and called it “diversification”. Don’t do that.

#5 Un-comfortability is good for you

Zona nyaman itu berbahaya, seperti katak yang berada dalam panci yang dipanaskan. Awal mulanya ia merasa baik-baik saja, sampai kemudian ia terlambat untuk melompat keluar. Nah, mumpung masih 20an, cobalah untuk keluar dari zona nyaman. Ibarat sebuah jeruk, kamu tidak akan bisa mendapatkan sari pati terbaiknya kalau tidak memerasnya kuat-kuat. Your comfort zones need to be stretched.

Caranya bisa macam-macam. Kalau selama ini kamu selalu tinggal bersama orang tua, cobalah pindah ke kota (atau negara) lain yang asing. Kalau selama ini kamu selalu tidur 8 jam sehari, cobalah kurangi jadi 6 jam sehari. Kalau selama ini pengeluaran bulanan kamu sekian juta, cobalah bertahan hidup dengan separonya saja. Most people don’t like it, because it make them feel uncomfortable, painful; but it is through discomfort and stretching that you become stronger and grow.

#6 What others think and say doesn’t matter

Usia 20an biasanya banyak dipengaruhi oleh opini orang-orang di sekitar. Kamu memilih jurusan/kuliah karena teman-teman kamu. Kamu memilih profesi tertentu karena kata orang memang sudah seharusnya begitu. Kamu memutuskan untuk kuliah, bekerja, menikah, membeli rumah, dengan berdasar pada “apa kata orang”. Lama kelamaan kamu akan lelah mengikuti semua apa kata orang. Lagipula, ini adalah hidup kamu, bukan hidup mereka.

Mendengarkan nasihat orang lain sebagai input/saran tentu tak masalah. Tapi jangan sampai terlalu banyak memikirkan apa kata orang. Dalam banyak hal, apa kata orang bukan sesuatu yang penting dalam hidup kamu. Tak jarang, opini orang kebanyakan justru menyesatkan. It’s not what they think and say about you, instead, how you feel about yourself. As long as you’re true to yourself, you’re on a right direction.

#7 Learn how to code

Belajar coding sebenarnya mirip analoginya dengan belajar matematika. Tapi belajar pure maths jelas tidak menarik dan kurang applicable. Learn how to code is much more sexy and appealing. Jaman sekarang makin menarik belajar coding karena pemanfaatannya jauh lebih luas, mulai dari membuat website, men-develop aplikasi, sampai mem-publish apps untuk Android atau iPhone. Keren bukan?

Oke, mungkin kamu bukan (atau tidak tertarik untuk jadi) seorang programmer. Walau begitu, ada banyak manfaat yang bisa kamu peroleh dari belajar coding. Coding mengajari logika berpikir yang baik dan runtut. Skill ini sangat bermanfaat ketika kamu kelak bertambah usia. Coding juga mengajari kamu persistensi tinggi. Bayangkan kamu sudah menulis 100 baris kode, tapi gagal di-run, dan kamu harus men-trace balik dari awal. Dan coding itu juga seni. Aplikasi A dan B mungkin sama-sama bisa menjalankan fungsi X, tapi cara mereka menuliskan source code-nya bisa berbeda.

***

Usia 20an memang usia emas dan cukup menentukan kemana kamu akan bergerak di masa depan. Mungkin beberapa advice di atas terdengar agak nyeleneh, tapi percayalah, you can only connect the dots looking backward. Believe me, you’ll thank me later.

Last but not least, laugh when you can, apologise when you should, and just let go what you can’t change. Life is short, but it can be amazing. Enjoy!

PS: Your mom is right. Your dad is wise. Love them unconditionally.