Matematika Kota Jakarta

Mari kita bermain hitung-hitungan angka. Andai kita sekarang punya monorel dengan rute Lebak Bulus-Jakarta Kota. Bila ditarik garis lurus menyusuri Fatmawati, Blok-M, Sudirman, Thamrin, Harmoni, Hayam Wuruk, maka total jarak tempuhnya sekitar 20 km. Seandainya monorel kita berjalan dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam, maka Lebak Bulus-Jakarta Kota bisa ditempuh dalam waktu 30 menit saja.

Memang benar. Realitanya tentu tidak seindah itu. Kalau kita pakai kendaraan sendiri, waktu tempuhnya bisa jadi 3 jam. Jarak tempuh juga lebih jauh karena kita mungkin harus lewat jalan tikus untuk menghindari macet atau kita harus memutari Sudirman-Thamrin untuk mengelak dari 3-in-1. Alhasil jarak yang ditempuh mungkin bisa membengkak jadi 30 km.

Jumlah penduduk Jakarta Selatan sekitar 1,8 juta (2010). Apabila ditambah dengan penduduk daerah Ciputat, Pondok Cabe, Pamulang, dan sekitarnya, anggap saja 2,5 juta. Misalkan 5% saja dari angka tersebut adalah orang kantoran atau anak sekolah/kuliah yang tempat kerja atau sekolah/kuliahnya di daerah utara. Maka, bisa diasumsikan ada 125 ribu orang yang setiap paginya memanfaatkan rute Lebak Bulus-Jakarta Kota.

Seandainya monorel tersebut sudah ada, maka kita semua sudah memotong jarak tempuh 1,25 juta km per harinya atau 456,25 juta km per tahun. Misalkan untuk setiap jarak 25 km yang kita lewati, kita butuh 1 liter bensin, maka per hari kita menghemat 50 ribu liter bensin per hari atau 18,25 juta liter bensin per tahun. Kalau dirupiahkan (Rp 5.500 per liter bensin), maka penghematannya adalah Rp 275 juta per hari atau Rp 100,375 miliar per tahun.

Itu baru penghematan dari sisi rupiah. Kita belum menghitung faktor kerusakan lingkungan akibat polusi udara. Kita juga belum memasukkan faktor perbaikan jalan dan sarana prasarana yang pastinya butuh maintenance lebih tinggi. Kita juga tidak memasukkan faktor stress, kelelahan, atau bahkan gangguan mental akibat dari kemacetan yang timbul.

Tapi jangan lupa, kita punya komoditi yang amat mahal harganya: waktu.

Misalkan monorel kita sudah established 5 tahun lalu, maka ada jarak sejauh 2,28 miliar km yang tidak perlu ditempuh oleh penduduk Jakarta Selatan dan sekitarnya. Kalau kecepatan monorel rata-rata 40 km/jam, maka waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut adalah 57,03 juta jam, atau 2,38 juta hari, atau 6.510 tahun. Bila monorel tersebut beneran sudah ada sejak 5 tahun lalu, it can save six thousand, five hundred, and ten years of their lives not wasted in a fucking car/bus/motorcycle stuck in the traffic jam.

Sayangnya bapak presiden yang terhormat sepertinya lebih sibuk nulis lagu dan bikin album daripada membuat analisis sederhana seperti ini.

Sayangnya bapak gubernur yang terhormat sepertinya juga sedang sibuk untuk mempersiapkan strategi memenangkan masa jabatan berikutnya.

Sayangnya cuma saya (dan Anda) yang masih bisa berpikir waras. :)