Teknologi Digital dan Panggung Politik

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang telah direvisi resmi berlaku sejak Senin (28/11/2016). Inisiatif ini perlu diapresiasi dan didukung oleh semua pihak karena teknologi digital memiliki dampak dan implikasi yang luas. Maka menjadi sebuah keniscayaan untuk meregulasi teknologi digital agar penggunaan dan pemanfaatannya tetap berada dalam koridor yang benar.

Di bidang politik, dampak dan implikasi teknologi digital bisa sangat luas dan kompleks. Dari sisi panggung politik, kita harus memaklumi bahwa panggung politik sejatinya adalah panggung teatrikal. Setiap karakter selalu berusaha menjaga dan memelihara citranya, terutama di mata publik. Mulai dari gaya berbusana, cara berbicara, penggunaan dan pemilihan kata, semuanya disusun dengan estetika yang termanifestasi dalam penampilan di atas panggung.

Filsuf Jerman, Hannah Arendt, mengatakan bahwa “the realm of appearances is the realm of politics.” Kita tidak akan bisa benar-benar menelanjangi para politisi karena sejatinya apa yang ada di dalam dan apa yang dikenakan di luar adalah sama. Gagasan tentang penampilan adalah gagasan tentang realita yang terlihat dan terdengar oleh orang lain, termasuk kita. Continue reading

Ekonomika Pernikahan dan Ketidaksetaraan

Zaman dahulu lazim kita jumpai seorang bangsawan menikahi rakyat jelatanya, seorang wiraswasta menikahi karyawannya, seorang mandor pabrik menikahi buruhnya, seorang manajer menikahi sekretarisnya, atau seorang guru/dosen menikahi murid/mahasiswanya. Dalam konteks ini, masyarakat secara umum diuntungkan karena pihak yang dinikahi akan naik status dan kelas sosialnya ke jenjang yang lebih tinggi. Mobilitas sosial dan ekonomi yang terjadi akibat pernikahan antar kelas tersebut akan membawa pengaruh positif dalam masyarakat.

Gary Becker, ekonom dan sosiolog dari Universitas Chicago peraih Nobel Ekonomi tahun 1992, berpendapat bahwa keputusan seseorang untuk menikah umumnya bersifat sukarela (voluntary), sehingga teori preferensi dapat diterapkan di sini. Menurut teori preferensi, seseorang menikah dengan harapan tingkat utilitasnya akan naik daripada ketika ia masih gadis atau bujangan. Oleh karenanya, setiap orang akan bersaing untuk mendapatkan pasangan yang dirasa kelak akan memberikannya pertambahan utilitas tertinggi.

Pasar perjodohan ini, menurut Becker, adalah pasar yang efisien karena setiap pelaku pasar sama-sama berusaha ingin meningkatkan kesejahteraannya (optimal sorting). Akibatnya, pasar tidak hanya berusaha untuk mendorong peningkatan utilitas antara sebelum menikah versus setelah menikah, melainkan peningkatan utilitas di seluruh pernikahan yang terjadi (gains from marriage) agar menguntungkan semua pelaku pasar (masyarakat). Continue reading

Efek Samping Revolusi Informasi

Dalam dunia politik dikenal istilah “demagog“, yaitu mereka yang selalu memiliki posisi kuat dalam kancah perpolitikan. Mereka tidak memiliki dasar fakta dan ilmu pengetahuan yang kredibel, namun mereka mampu menarik massa dengan menawarkan rasa prasangka dan ketidakpedulian yang tak jarang dikemas dalam bentuk ancaman atau teori konspirasi. Celakanya, di era informasi seperti sekarang ini, mereka memiliki potensi kekuatan yang lebih besar lagi. Akibatnya, garis batas antara para ahli cendekiawan (expert) dan para perusuh (demagog) menjadi sulit dibedakan.

Era informasi memungkinkan kita memroduksi informasi jauh lebih besar. Apa yang kita hasilkan sejak tahun 2000an telah melampaui apa yang dihasilkan oleh sejarah peradaban manusia sejak zaman Nabi Adam hingga tahun 2000an. Padahal, otak kita tidak didesain untuk mengolah beragam informasi dan melakukan berbagai pekerjaan secara simultan (multitasking). Yang bisa kita lakukan hanyalah berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain secara cepat. Perpindahan tersebut, sayangnya, mendorong naiknya produksi kortisol (hormon pemicu stres) dan adrenalin yang pada akhirnya memberi stimulus berlebih pada otak kita. Continue reading

Manajemen Strategik ala Britania Raya

Sebagai negara maju berukuran cukup sedang, prestasi tim Inggris di Olimpiade sebenarnya boleh dibilang agak payah. Dibandingkan negara-negara adidaya lainnya maupun negara tetangganya di Eropa, prestasi Britania Raya tak terlalu membanggakan. Bila pada Olimpiade London 1908 mereka bisa meraih 56 medali emas, sesudahnya kecenderungan selalu menurun. Ketika bertanding di negeri sendiri pada tahun 1948, mereka bahkan cuma mendapatkan 3 emas.

Puncaknya terjadi pada Olimpiade Atlanta di tahun 1996. Britania Raya hanya bisa menggondol satu medali emas melalui Steve Redgrave dan Matthew Pinsent dari cabang dayung (rowing). Perolehan itu membuat Britania Raya jatuh di posisi 36 pada total perhitungan medali. Ini adalah titik nadir bangsa Inggris di ajang olimpiade modern.

Bandingkan dengan Olimpiade Rio yang baru saja selesai. Britania Raya bertanding 366 kali pada 25 cabang olahraga yang berbeda. Mereka mendapatkan 27 medali emas, 23 medali perak, dan 17 medali perunggu. Total perolehan yang mereka bawa pulang adalah 67 medali. Torehan ini membuat Britania Raya duduk di peringkat kedua dari seluruh negara yang bertanding di Olimpiade Rio. Continue reading

Distorsi Ekonomi Digital

Kita tentu sepakat bahwa teknologi digital telah mendefinisikan ulang perekonomian selama satu-dua tahun terakhir ini. Revolusi digital telah mengubah cara kita berbisnis, berbelanja, mencari hiburan, bahkan cara kita berhubungan dengan orang lain. Di satu sisi, ia membawa peluang-peluang strategis, sementara di sisi lain, ia juga membawa risiko dan tantangan yang layak dipertimbangkan.

Sebelum kita berdiskusi lebih dalam, setidaknya terdapat dua konsep ekonomi penting yang bisa digunakan untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam perekonomian berbasis digital: Solow residual dan consumer surplus.

Misalkan Anda mempunyai sebuah mesin pemotong rumput. Karena halaman Anda tak begitu luas, mungkin Anda hanya menggunakannya selama kurang dari 5 jam per tahun. Saya membuat “aplikasi perjodohan” yang mempertemukan Anda, pemilik mesin pemotong rumput, dengan mereka yang membutuhkan mesin tersebut tapi tak punya cukup uang atau waktu untuk membeli sendiri. Mereka yang hendak menyewa harus membayar ongkos sewa kepada Anda dan saya sebagai pembuat aplikasi mengutip sedikit biaya. Continue reading