Menulis Itu Gampang; Siapa Bilang?

Philip Roth pernah bilang, “Writing isn’t hard work. It’s a nightmare.” Harus diakui bahwa menulis adalah pekerjaan yang monoton, pasif, dan produknya relatif “tidak jelas.” Dibandingkan dengan tukang bangunan misalnya, produk yang dikerjakan seorang penulis hanyalah barisan kata-kata yang menjemukan. Maka tak heran bila diperlukan keuletan dan determinasi yang luar biasa tinggi untuk bisa menjadi seorang penulis yang jempolan.

Menulis sesuatu yang mudah dipahami pembaca juga bukan perkara gampang. If the product looks effortless, there are lots of work went into it. Kalau Anda menemukan satu kalimat atau paragraf yang “enak” dibaca, bisa dipastikan penulisnya menyusun kalimat/paragraf itu dengan susah payah. Mungkin penulisnya sudah membaca dan melakukan riset mendalam. Mungkin penulisnya telah melakukan kontemplasi yang matang. Mungkin penulisnya punya segudang pengalaman di bidang tersebut.

Menulis yang baik butuh pemahaman (reasoning) dan logika berpikir (logic) yang kuat. You can’t teach anyone to write without a basic grasp of logic and without giving them access to the critical thinking skills required for the journey that a good writing demands. Menulis juga butuh pengetahuan mendalam akan kebenaran topik (inherent truth) yang Anda tulis. Kombinasi antara reasoning, logic, dan truth inilah yang akan membuat tulisan Anda lebih berisi. This is a lot of work indeed. Continue reading

Cara Memulai Investasi

Cara Memulai Investasi

Tulisan ini dibuat karena banyaknya pertanyaan yang sama ditanyakan berulang-ulang. Saking seringnya mendapat pertanyaan ini, saya bahkan sampai menyiapkan piring cantik buat penanya yang beruntung. (halah) Jadilah saya susun tulisan panjang ini sebagai referensi untuk Anda yang ingin tahu atau baru ingin memulai berinvestasi.

Ada dua poin penting yang menjadi dasar tulisan ini. Pertama: bahwa investasi itu adalah pengorbanan di masa sekarang untuk memperoleh hasil yang lebih baik di masa depan. Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Dan kedua: investasi adalah bagaimana membuat money work harder than you, bukan bagaimana Anda bekerja untuk uang.

So, let’s get stuck in. Continue reading

Jebakan Motivator

Seandainya saya jadi motivator, barangkali sayalah motivator terburuk di dunia. Pertama, saya tidak suka “nggambleh” berbicara tentang manisnya hidup. Saya lebih suka bercerita (atau menulis) tentang hidup secara apa adanya—ya sisi manisnya, tapi juga lebih sering sisi pahitnya. Kedua, kalau saya kasih motivasi kepada Anda, “ceumungudh kakaaa \(´▽`)/” misalnya, kok kesannya malah garing. :)

Kawan saya pernah berujar dengan nada yang lebih ekstrim, “Ngapain bayar mahal cuma untuk dibohongin dengan cerita manis?” Saya pun cuma membalas ringan, “Orang memang suka dengerin yang seger daripada dengerin yang bener.” Saya bukannya anti atau benci terhadap motivator. Saya hanya tidak menyukai hal-hal yang membuat hidup makin susah dan miserable. Dan keberadaan motivator, karena satu dan lain hal, masuk dalam kategori tersebut.

Tumbuhnya kelas menengah di Indonesia sedikit banyak memang berpengaruh dalam melahirkan profesi motivator. Mereka yang sudah nyaman di tengah piramida, berusaha untuk mempertahankan posisinya, atau malah berusaha naik kelas. Sementara mereka yang masih ada di bawah, the bottom of the pyramid, juga tergiur ingin naik jadi anggota kelas menengah. Semua ingin merubah hidup. Solusi mudahnya: motivator. Continue reading

A Man’s Advice to His 20-Year Old Self

[Disclaimer: Tulisan ini agak berbeda daripada tulisan biasanya berdasar request dari salah satu pembaca.]

Usia 20an memang periode yang cukup krusial dalam hidup. Kamu akan mengalami transisi yang begitu beragam, mulai dari kuliah, lulus kuliah, terjun ke dunia nyata, menghadapi banyak masalah—where your life is a brand new place.

I’m writing this because I found it to be much harder than I expected. Everyone I’ve talked to about the transition agrees. Yet, nobody talks about this transition much, so I thought I’d write a little something about it. This is the advice that I wish someone had given me when I was 20. Continue reading

Enam Tahun Penantian

Ang Lee

Dibandingkan Steven Spielberg, mungkin Ang Lee belum ada apa-apanya. Di malam penganugerahan Academy Award beberapa waktu lalu, Life of Pi “hanya” memperoleh 11 nominasi Oscar. Jumlah ini masih di bawah Lincoln karya Steven Spielberg yang memperoleh 12 nominasi. Tapi ada cerita menarik dibalik perjuangan dan kesuksesan Ang Lee.

Ang Lee mendaftar jurusan perfilman di University of Illinois pada tahun 1978. Ayahnya keberatan dengan pilihan anaknya karena di Broadway hanya tersedia 200 peran untuk 50.000 pekerja seni. Ayahnya makin skeptis karena di masa itu sangat jarang seorang berkebangsaan China bisa menembus industri film Hollywood. Walau begitu, Lee nekat terbang ke Amerika mengejar mimpinya. Keputusan ini harus dibayar mahal dengan memburuknya hubungan Lee dengan ayahnya selama dua puluh tahun berikutnya. Continue reading